Senin, 28 Desember 2009

^^(3)

Lanjutan ^^(2)

Hari terus berlalu tanpa menghiraukan sejuta tanda tanya dalam hatiku. Seolah semua berjalan tanpa ada hambatan atau risau di hatiku. Sementara aku hidup dalam dua dimensi berbeda.

Setiap pagi dengan semangat aku hadir tepat waktu di kampus. Ada semangat lebih untuk betah berlama-lama di kampus. Sebuah semangat untuk dapat bertemu, setidaknya dapat melihatnya dari jauh itu saja sudah cukup bagiku. Seperti seseorang yang mendapatkan suntikan steroid.

Dirinya begitu anggun. Dia tinggi semampai dengan rambut panjang yang dibiarkannya terurai, rambut hitam yang pantas menjadikannya salah satu bintang iklan sampo. Poni yang menutupi keningnya, yang seolah malu-malu menutupi indahnya paras di baliknya, serta kacamata minus yang menghiasi wajahnya, semua itu sudah cukup bagiku untuk mendeteksi setiap kehadirannya di dekatku. Terkadang kami sering berpapasan, sebetulnya tidak pantas disebut sering, karena dalam perhitunganku hanya 3 kali kami saling berpapasan dan saling melempar senyum masing-masing. Selebihnya hanya aku yang terlalu terfokus untuk melirik seluruh sudut kampus, berusaha menemukan bidadari dari hati. Sesaat kadang ku menangkap keberadaannya, saat itu aku hanya akan terdiam ataupun malah menghindar seperti seorang pengecut. Bahkan pernah sekali aku sampai salah tingkah dan harus berbicara dengan nada agak tinggi dengan seorang temanku, berharap ia mendengar suaraku. Bukannya respon darinya yang kudapat malah sang teman sukses ngamuk karena merasa di bentak.

“ndar, kamu suka padanya yaa??”tanya seorang teman.

“hahaha..”mencoba mencari kata yang tepat,”hmm..aku masih pake SIMPATI, belum kartu AS..”ku jawab dengan perumpamaan.

“maksudnya??”

“masih simpati belum kartu AS!”

Dalam hati aku takut jujur mengatakan bahwa rasa itu telah lebih dari sebuah simpati.

Dari lantai 2 gedung baru kampusku. Aku sangat betah menunggu di sini hingga jam diskusi tiba. Bukan karena sejuknya angin yang berhembus membelai indah di tubuhku yang duduk bersilang di atas lantai. Tapi dari atas sini, dari celah-celah tembok pembatas pagar gedung ini aku bisa memandang dirinya. Tanpa ada orang yang curiga dengan aktivitasku. Tanpa ada gerombolan penghina yang telah bersiap di ruang diskusi. Damai.

Dengan kemeja putih berlengan panjang, dan rok hitam yang lebih panjang sedikit di bawah lututnya, aku memerhatikan dengan seksama. Apa yang ada pada dirinya hingga membuat kehidupanku berdeviasi??

Aku masih ingat perkataan seorang teman,”mbing, jangan sampai kau jadi bodoh karena semua ini, ingat yang dulu pernah kau nasehatkan padaku!!”

Aku tidak bodoh, aku hanya...kerasukan dewa eros!!

Seketika aku tersenyum, sosok fokus penglihatanku berlari. Dari gaya larinya aku yakin itu bukan hal biasa yang ia lakukan. Aku menahan tawa.

”ndar!!dah masuk dosennya cepaaat!!”seorang teman menyadarkanku dari mimpiku siang itu..




bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar