Rabu, 16 Desember 2009

^^ (2)

(lanjutan ^^(1))

Pagi itu aku terbangun dari lelapku. Mataku masih lelah dan nyawaku belum terkumpul seluruhnya. Sedangkan dari luar, mama sudah mulai sibuk siaran pagi seperti biasanya.

Siang ini aku mengikuti ujian midblok. Sebenarnya persiapanku belumlah sempurna, karena semalam aku malah tak fokus belajar. Tapi aku selalu yakin ada mukjizat dalam kehidupanku. Walaupun ujian baru dimulai jam 1 siang, aku telah bergegas menuju kampus 3 jam sebelumnya. Hal ini dikarenakan oleh seorang sahabat yang mengancam untuk minta diajarkan pagi itu.

Perpustakaan kampusku bukanlah pilihan yang tepat untuk belajar serius. Lebih dari 50% mahasiswa menggunakan tempat ini sebagai ajang menggosip. Jadilah belajar di perpus tak jauh beda seperti berada di pasar. Namun untuk sesekali keadaan menjadi hening, ketika petugas perpus memberi kode kalau suasana sudah sangat ribut.

Satu setengah jam belajar di perpus bersama teman-temanku, sudah cukup membuat otakku terasa mau pecah. Tapi entah mengapa saat itu aku sangat ingin belajar. Kulepaskan kumpulan slide-slide itu dari mataku. Kucoba merelakskan badanku. Dan aku tetap ingin melanjutkan belajar di perpus, yang membuatku menolak ajakan makan siang dari temanku.

Masih berkutat dengan slide, sesekali aku juga menjawab para junior yang hari itu membanjiri perpus karena tugas tutorial mereka. Berhubung hari itu tugas tutorial mereka tentang permasalahan jantung, maka aku sangat tertarik. Kali ini aku betul-betul menutup lembaran-lembaran slide yang akan aku ujiankan.

Sudah jam 12 kelaparan mulai melanda, tapi pertanyaan-pertanyaan dari para junior masih membuatku betah. Tak beberapa lama kemudian. Aku seperti mendapat jawaban dari doaku tadi pagi.

Doa pagi adalah caraku untuk selalu menyampaikan sejuta harapan setiap harinya pada Sang Kuasa. Aku selalu berdoa untuk kegiatan-kegiatan yang akan kulalui hari ini dan kedua orang tuaku. Tapi entah kenapa pagi ini ketika aku sudah mengucapkan kata amin, aku seperti merasa ada yang kurang dalam doaku. Dan dengan mata yang masih terus ku pejamkan dan tangan yang terlipat aku berkata,”Tuhan, aku yakin engkau tahu apa yang aku inginkan..aku belum berani menyebutkan harapan ini, tapi engkau pasti tahu Bapa..amin”

Seorang gadis berambut panjang lewat disampingku. Ia terlihat begitu cemas sambil mencari-cari sesuatu di tumpukkan kertas yang dibawanya. Aku tersenyum melihat tingkahnya saat itu. Sungguh senang melihatnya, dia gadis yang kukenal namun tak kuketahui siapa namanya.

Aku tetap duduk tenang di kursiku, kali ini mejaku telah sepi dari teman-temanku ataupun para junior yang ingin bertanya. Aku melihat keatas lagi, berharap gadis yang kukenal wajahnya namun tak kuketahui namanya itu yang duduk mengisi kursi kosong di depanku.

Gadis itu kembali berjalan di sampingku, dia menghampiri seorang temannya yang sudah cukup akrab denganku. Ia seperti meminta tolong, lalu tiba-tiba temannya berteriak memanggilku.

“bang, ni si (sebuah nama terucap, tak begitu jelas di telingaku, tapi seolah begitu akrab denganku) mau minta diajarin”

Aku tersenyum mendengar itu. Muka gadis itu terlihat merah. Sangat lucu, seperti buah tomat. Lalu ia mendekat ke mejaku, dan duduk di kursi kosong di depanku. Harapanku tercapai. Dengan nada tenang, meski jantungku berdetak sangat kencang, aku mulai menyapanya,”mau nanya apa dek??”

Dengan malu-malu ia menyodorkan sebuah kertas dengan tulisannya. Aku pun mulai mencoba memberi penjelasan atas pertanyaan-pertanyaannya. Siang itu aku sangat senang, walaupun tinggal setengah jam lagi waktu ujian dimulai tapi aku masih sangat ingin terus berada di tempat ini. Karena itu pertama kalinya aku dan dia saling berbicara.

Tiba-tiba hapeku berbunyi. Ada pesan dari temanku, yang ternyata duduk di belakangku. Dalam pesannya ia menulis kalau gadis yang ku kenal wajahnya namun tak kuketahui namanya, yang saat ini duduk di depanku adalah teman sekampungnya. Lalu di kalimat selanjutnya tertulis: [namanya (sebuah nama tertulis)]. Tak kusangka nama yang tertulis di SMS itu adalah nama unik yang ku ketahui tadi malam melalui jejaring sosial, nama yang telah membuatku penasaran itu tidak lain adalah nama gadis yang duduk di depanku, gadis yang kukenal wajahnya namun tak kuketahui namanya. Harapanku kembali dijawab Tuhan.

Wajah dan nama itu adalah orang yang sama.
Thanks God..


(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar