Selasa, 13 Desember 2011

Kasus Demensia Alzheimer Nunun

Beberapa hari ini kita menyaksikan gejala baru dalam dunia perpolitikkan. Politik telah bagaikan penyakit kanker yang mampu menginfiltrasi segala jenis ilmu yang sebenarnya bukan kompetensinya. Atau sebaliknya tanpa hendak menjelekkan profesionalitas dokter di Indonesia, mungkin segala ilmu telah terpengaruh ilmu politik. Itulah yang kita saksikan dalam kasus tersangka kasus cek pelawat, Nunun Nurbaeti.
Menurut dokter pribadi Nunun, Andreas Harry, dirinya didatangi oleh Nunun pada tahun 2006. Saat itu keluhan yang dirasakan Nunun yakni gangguan vertigo migrain neuropathic. Lalu di tahun 2009, Nunun sempat mengalami stroke dan lumpuh pada bagian tubuh sebelah kirinya, karena tidak berfungsinya otak sebelah kanan. Andreas menambahkan, pascastroke Nunun mengalami sindrom amnestik. Dan setelah dilakukan diagnosa, Nunun menderita mild dimensia alzheimer karena adanya gangguan pada memori otaknya, serta emosional behavior.(Sumber:Metrotvnews.com)
Kasus ini semakin rumit ketika para politikus malah mempolitisasi diagnosa Nunun. Agak mengganjal memang, namun ketika politik berusaha mempolitisasi dunia kedokteran maka diagnosa yang menjadi hak dokter sebagai ahli menjadi kaku dan penuh tekanan sesuai keinginan politik. Bahkan salah seorang politikus berkomentar bahwa bahwa Nunun tidak seperti orang sakit, karena bisa jalan-jalan. Komentar ini sederhana namun karena keluar dari mulut politisi maka dapat mempengaruhi publik. Sebenarnya ini adalah suatu bentuk ketidak mengertian tentang apa itu Demensia Alzheimer. Berikut akan coba saya urai secara singkat.
Demensia atau awamnya disebut pikun adalah sindrom (kumpulan gejala) mental organik yang ditandai dengan hilangnya kemampuan intelektual secara menyeluruh yang mencakup gangguan mengingat (memory loss), penilaian, dan pemikiran abstrak demikian juga dengan perubahan prilaku, tetapi tidak mencakup gangguan kesadaran. Dan tipe tersering dari demensia adalah demensia Alzheimer.
Penyakit Alzheimer merupakan gangguan neuropsikiatrik yang tidak dapat disembuhkan (irreversible dementia). Penyakit Alzheimer sering juga disebut dengan penyakit tua karena sangat erat kaitannya dengan usia, selain genetik dan faktor lingkungan.
Belum ada kesepakatan pasti untuk etiologi (penyebab) dan patogenesis dari penyakit Alzheimer, sehingga yang selama ini kita baca masih merupakan sebuah hipotesis para ahli. Namun secara patologi telah ditemukannya gambaran proses degeneratif yang dicirikan oleh hilangnya sel-sel di daerah tertentu di otak (misal, korteks serebri dan hipokampus). Pada tingkat mikroskopik yang menjadi ciri utama adalah plak amiloid yang dikelilingi oleh sel saraf berisi simpul-simpul neurofibrilar (filamen-heliks berpasangan yang terbentuk dari suatu bentuk protein mikrotubulus yang mengalami hiperfosforilasi, yaitu protei tau). Akumulasi plak amiloid ini pula yang menjadi dasar hipotesis patogenesis kaskade amiloid pada penyakit Alzheimer. Dalam hal ini Amiloid-Beta sebagai penyebab primer sedangkan simpul neurofibril serta perubahan vaskular merupakan penyebab sekunder.
Progresivitas dari penyakit Alzheimer sangat bervariasi tetapi pada umumnya berlangsung gradual, lambat akan tetapi pasti, 7 sampai 10 tahun. Semua fungsi otak, terutama fungsi berpikir akan terganggu, diantaranya fungsi bahasa, kemampuan motorik, judgment, berpikir secara abstrak, prilaku dan personality. Progrevitas dari perubahan ini terbalik dengan proses tumbuh kembang yang terjadi pada manusia normal.
Pada awalnya bayi belajar untuk menelan, kemudian akan mendapat keterampilan sosial seperti tersenyum dan mampu berhubungan dengan ibunya/pengasuhnya. Meskipun mereka belum mampu berjalan pada stadium ini mereka dapat bersuara dan kemudian mengulang kata-kata. Bilamana seorang bayi sudah mulai berjalan, mereka juga biasanya mulai berbicara meskipun tidak lancar. Pada tahap ini balita mulai mengontrol kadung kemih dan rektal-nya, seiring dengan waktu balita akan lebih lacar berjalan dan kemudian kontrol bladder dan bowelnya makin sempurna, kemampuan bahasa dan memorinya berkembang dan akhirnya muncullah kebijaksanaan (judgment). Pada penderita Alzheimer terjadi kebalikan peristiwa diatas, gangguan jugdment dan memori dan berbahasa muncul pada stadium awal penyakit ini dengan fungsi motorik dan kontrol bowel dan bladder masih utuh. Kemudian terjadilah inkontinensia, tetapi penderita masih mampu berjalan. Kemudian mereka sering terjatuh dan bilamana penderita masih diberikan umur panjang, penderita Alzheimer akan tidak mampu berjalan dan kemudian mengalami kesulitan menelan. Penderita Alzheimer sering kali meninggal oleh karena aspirasi pneumonia.
Berikut ini adalah gejala penyakit alzheimer berdasarkan beberapa kategori, tahapan keluhan memori pada penyakit Alzheimer :
  • Tanda Awal : lupa nama, sering membuat catatan 
  • Penyakit telah jelas : lupa wajah 
  • Tanda Akhir : hidup pada masa lampau dan tidak mengenal keluarga 
Tahapan kelainan kemampuan berbahasa :
  • Tanda awal : biasanya sulit untuk menemukan kata-kata, artikulasi kurang, kelancaran berbahasa berkurang 
  • Penyakit telah jelas : kesulitan memakai kata-kata dalam percakapan sehari-hari, sering mengulang kata, sering salah pengertian 
  • Tanda Akhir : menggerutu, bicara tidak berurutan.
    Keluhan untuk mengerjakan tugas-tugas yang komplek (dispraksia)
  • Tahap awal : kurang perhatian terhadap cara berpakaian, kesulitan dalam mengatur yang komplek
  • Penyakit telas jelas : Berpakaian tidak benar, tidak dapat mengemudi 
  • Tanda Akhir :perlu bantuan untuk berpakaian dan mandi, tak mampu menggunakan garpu dengan baik pada saat makan
    Keluhan Gangguan Kognitif Komplek lainnya pada penderita Alzheimer adalah kemampuan untuk mengenal objek dan wajah (agnosia dan prosopagnosia) sering hilang, dan ketidakmampuan untuk mengenali dirinya sendiri (auto prosopagnosia).
Dan untuk mendiagnosanya harus melalui berbagai pemeriksaan baik anamnesa,fisik dan penunjang seperti CT Scan dan EEG juga disertai pemeriksaan dengan menggunakan kuesioner. Jadi segampang itu seorang dokter dapat mendiagnosa penyakit Demensia Alzheimer.
Kembali lagi ke kasus Nunun. Adalah wajar bila seorang penderita demensia alzheimer (dalam kategori ringan) bisa berjalan-jalan, pergi berbelanja dan kelihatan sehat. Karena secara teoritis tidak adanya gangguan kesadaran pada penderita demensia alzheimer. Namun yang menjadi tanda tanya besar adalah Nunun ditangkap sendiri di Thailand, dan tidak mungkin seorang demensia alzheimer mampu pergi ke luar negeri sendiri melewati para petugas imigrasi di bandara, sementara dia seorang buronan interpol. Dengan kata lain, kalaupun benar Nunun menderita demensia alzheimer, berarti ada kekuatan besar di belakang Nunun yang selama ini menemani ia "pesiar" ke luar negeri. Siapa dia? atau siapa mereka?

2 komentar: