Rabu, 07 Desember 2011

Aslab Dadakan

Dari semua laboratorium yang kumasuki selama kuliah, lab. Anatomi memang menjadi lab terfavorit untukku. Karena lab ini membuatku tau apa yang ada di badanku, dan lab ini pula yang paling menantang menurutku, meskipun nilaiku untuk lab ini tidaklah sempurna.
Lab. Anatomi menjadi lab yang menyeramkan dan terkenal sulit, apalagi saat itu aslabnya seorang senior dengan kemampuan otak di atas rata-rata dan gak mau tau kami harus tau segala hal yang ia tau. Apalagi ketika ujiannya, kita langsung berhadapan dengan cadaver yang baru saja dimandikan formalin. Menyengat banget, buat semua yang telah kau pelajari hilang dari otakmu. Tapi, entah kenapa akhirnya aku dicalonkan oleh seorang senior, untuk menjadi penggantinya sebagai salah seorang aslab anatomi. Dan akhirnya dimulailah kisah aslab dadakan.
Stambuk 08, yang merupakan juniorku menjadi korban pertama seorang anak manusia yang polos dan sedang merintis karir dengan magang sebagai aslab. Pelajaran pertama yang harus ku ajarkan adalah anatomi sistem reproduksi.
Anatomi manusia menggunakan istilah-istilah bahasa latin, yunani atapun inggris, tapi ini bukan merupakan tantangan terberatku sebagai aslab dadakan, melainkan bagaimana aku harus melafalkannya! Untunglah beberapa istilah seperti dexter, sinister, crista, cerviks, tuberculum, linea terminalis, dll, dapat mereka mengerti dengan jelas. Namun ada juga kata-kata yang kuhindari untuk kujelaskan seperti rugae. Untung saja tugas pertama ini tidak begitu menyulitkanku, apalagi masih ada senior-senior aslab yang masih membantu dan para junior masih malu-malu bertanya, entah karena mereka sudah mengerti atau karena mereka yakin dengan kemampuanku yang tak mungkin bisa menjawab pertanyaan mereka. Tapi syukurlah..
Aslab dadakan kedua berlanjut, masih mengajarkan stambuk 08, kali ini membahas cardiovascular (jantung dan pembuluh darah). Kali ini tanpa ada senior. Hanya ada aku dan seorang teman stambuk yang mempunyai tugas yang sama denganku serta 2 orang senior setingkat diatasku yang juga menjadi aslab dadakan. Otomatis tugas menjadi semakin berat, dan kali ini ketika kulihat semua wajah junior seolah ada beribu pertanyaan dalam otak mereka. Let’s begin!!
Ada beberapa peraturan yang harus dipatuhi untuk masuk lab.anatomi:
1. semua mahasiswa diwajibkan masuk tepat waktu dan memakai baju lab.
2. semua mahasiswa wajib membawa atlas anatomi (sobotta). Ini merupakan peraturan yang tidak pernah ku disiplinkan, karena sesungguhnya ku katakan kepada dunia, aku sendiripun belum punya sobotta. Hahahaha... dan aku mendirikan organisasi MIYABI BO!(mahasiswa/i yang belum beli sobotta!)
3. semua mahasiswa wajib menjawab respon ataupun kuis yang diberikan. Ini merupakan salah satu cara untuk membuat para junior menjadi takut, sehingga mereka biasanya setelah kuis menjadi murung sehingga merekapun enggan untuk bertanya aneh-aneh pada aslab. Hahahaha...
4. semua mahasiswa wajib mengerjakan tugas. Tugas di lab anatomi biasanya berupa menggambar anatomi organ-organ manusia, walaupun terlihat simpel tapi ini begitu menyesakkan diantara jadwal yang padat, makanya banyak cara untuk mengerjakan tugas ini yang menjadi trik setiap mahasiswa, salah satunya olehku, seperti bagi tugas dengan kawan, memakai karbon, bahkan yang paling elit menempahnya pada seorang pelukis. (ps: Bukan Untuk Ditiru!!)
Dan suatu ketika, dosen anatomi menghubungiku. Dia memintaku untuk membantunya menyusun soal di sabtu pagi yang seharusnya aku libur, karena hari itu para seniorku melaksanakan KPN(kuliah perbaikan nilai).
Jam 9 aku datang dengan semangat. Masuk ke lab, hanya ada seorang dosen, seorang laboran dan sebuah cadaver yang baru saja ”dimandikan”. Dan tanpa ada persiapan aku ditunjukkan kunci jawaban ujian hari itu, aku diminta memasang label nomer pada cadaver sesuai kunci jawaban. Ohh..my GOD..it’s scary job!!
10 menit pertama ku coba mengerti jawaban-jawaban ini, agar aku tak salah memasang lebel pada cadaver. Lalu ku ambil segala perkakas bedah, kupakai handskun, dan ku mulai memasang label-label soal. 15 menit berlalu, aku masih melamun di depan cadaver yang sudah mulai tak jelas lagi bagian-bagiannya. Seperti sebuah jawaban yang seharusnya lingula pulmonalis harus kucoret dan kuganti dengan jawaban lain karena pulmo sinister sudah terpotong jadi tak kelihatan lagi bagian itu.
Saat keadaan hening, hanya ada aku, sang dosen, dan cadaver. Tiba-tiba sang dosen menyapaku.”vid, kau sendiri dulu di sini yaa..mau ke toilet dulu aku..” dengan suara renta yang khas itu ia meminta sesuatu yang gak mungkin ku bantah. Gak mungkin kan aku bilang: dok boleh saya ikutan pipisnya?saya takut sendirian disini dok..saya belum mau mati dimakan cadaver dok (*sambil nangis dan berlutut). Bisa-bisa dokter itu menjawab: SIAPA YANG MAU PIPIS??AKU MAU BOKERRR TAUK!!
”ee..e..iya dok”dengan ragu ku menjawabnya.
Dan saat-saat paling mencekam dalam hidupku pun terjadi. 30 menit sendiri di ruang lab anatomi sambil berkecimpung di depan cadaver yang sudah tak berasa lagi ketika bagian tubuhnya harus kugunting sedikit untuk menggantungkan label-label soal. Semua indera yang kumiliki seolah 10x lipat lebih sensitif daripada sebelumnya. Setiap bunyi aneh membuatku waspada. Tiba-tiba sebuah derap langkah mendekat. Ku lihat ke arah jendela, namun tak kutemukan sosok apapun. Langkahnya makin dekat. Musik-musik horor mulai terdengar di otakku. Kupaksakan diriku tetap fokus pada cadaver di depanku. Sedangkan sang dosen tak kunjung tiba, aku tak tau toilet mana yang didatanginya, karena jika maksudnya toilet yang di dekat lab, maka dari tadi seharusnya dia sudah tiba. Langkah aneh tadi menghilang, kali ini aku menjadi sangat waspada. Tangan kiriku memegang label soal, tangan kanan memegang sebuah pisau bedah.
”SSTSTSTS..ndar, SMS kan jawabannya yaa”bisik seorang senior yang mengikuti KPN hari itu. Hhuuuft..aku yang tadinya begitu tegang menjadi agak tenang mengetahui ternyata itu langkah dari seorang seniorku.
Hhuuhhhhh...serem tapi mengasikan!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar