Sabtu, 01 Oktober 2011

Pengalaman dari paradoks kehidupan

Pagi ini kumulai dengan penuh semangat dan malam ini kuakhiri dengan penuh mimpi dan harapan. Yaa..itu semua karena 27 orang dari negeri yang jauh di asia timur sana, yang datang ke sini untuk membagi kasih dan suka cita.
Hari ini aku mengikuti sebuah acara bakti sosial gratis di sebuah lembaga permasyarakatan anak yang berada di Tanjung Gusta. Acara ini diadakan oleh sebuah Rumah Sakit dari Korea yang bekerja sama dengan yayasan Gereja Methodis Indonesia. Begitu banyak hal yang pelajari hari ini. Begitu banyak pelajaran tentang hidup yang kudapat hari ini. Begitu banyak pengalaman yang kudapat hari ini. Dan begitu banyak harapan yang kudapat hari ini.
Ini pengalaman pertamaku memasuki sebuah lembaga permasyarakatan (aka. penjara anak). Suasana mencekam langsung terasa sejak melewati sebuah sekat besi kokoh yang memisahkan dunia luar dengan lingkungan LP. Dan mereka yang ditahan di sini menyambut kami dengan apatis. Tak terlihat ada sebuah perbaikan setelah mereka memasuki lembaga ini, malah mereka tampak (sedikit) menakutkan. Para anak-anak yang sebagian besar masuk karena kasus narkoba ini, sangat menyedihkan. Mereka bukannya mendapat pelatihan tengtang kehidupan sehingga setelah masa tahanan mereka dapat kembali ke dalam masyarakat sebagai jiwa yang baru, sebagai manusia yang baru. Tapi kenyataannya kata lembaga tak seharusnya menjadi label tempat ini. Tempat ini sangat jauh dari LP yang sering muncul di tipi tempat para koruptor. Mereka anak-anak yang perlu dididik bukan di dahancurkan. Dan tak sangat pantas untuk ku ceritakan apa yang mereka makan di tempat itu. *miris..
Dari mereka yang datang dari jauh, aku mendapat pengalaman tentang sebuah pelayanan. Ketika kau melayani layanilah dengan sepenuh hati dan dengan profesionalitasmu. Sebeda apapun kamu dengan orang itu, setidak nyambung apapun kamu dengan orang itu, tapi kasih akan menyatukan.
Juga dari mereka yang datang dari jauh itu, aku belajar bahwa dasar adalah hal yang sangat penting untuk menjadi seorang dokter. Karena dokter adalah sebuah proses pembelajaran yang tak pernah henti dan tak pernah stagnan, oleh karena itu berpikirlah jauh ke depan dan persiapkan pondasimu mulai dari sekarang. :)
Dan masih tetap dari mereka yang datang dari jauh, aku belajar tentang persahabatan. Tak peduli bahasa apa yang kau gunakan, tak peduli budaya apa yang kau lakukan, tak peduli makanan apa yang kau makan, dan tak peduli agama apa yang kau anut, karena Tuhan menginginkan yang berbeda itu untuk bersahabat, dan persahabatan itu selalu akan dimulai dengan *senyuman*
Namun,pelajaran yang paling berharga yang kudapat adalah dari seorang anak penghuni lembaga. Ketika mengambil obat dari mejaku, di hari yang telah sore dengan matahari yang sangat menyengat dan waktu yang akan telah habis, dengan bahagia dia menyalamiku sambil berkata kepadaku ,"makasih ya bang, Tuhan Yesus memberkati!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar