Senin, 22 November 2010

^^ (7)

Saat aku menulis ini, hujan kembali turun..
Rintikannya seolah melantunkan nada-nada cinta dan percikan airnya memainkan tarian selamat datang atas kerinduanku padamu..

Detik, menit, hari dan bulan telah berlalu tanpa kita sadari. Hari-hari kebersamaan kita pun telah bukan menjadi mimpi yang mustahil di siang bolong. Hampir setiap hari senyummu memanjakan mataku. Hampir setiap hari kita bergandengan tangan dalam lautan kemesraan. Aku sangat bahagia dengan semua ini.

Hari ini aku ingin bercerita tentang cinta, cinta yang selama ini membuat semua insan melayang dalam kenikmatannya, cinta yang selama ini juga telah menyatukan kita.

Cinta itu abstrak tapi sebuah kenyataan. Cinta adalah dasar tapi bukan pondasi. Ketika kau membangun sebuah rumah maka kau harus mempunyai pondasi yang kuat, tapi ketika kau membangun sebuah hubungan bukan cinta yang menjadi pondasimu, tapi imanmu pada Tuhan yang menciptakan cinta itu untukmu.

Cinta itu bukan berarti mencintai atau dicintai. Akan tetapi cinta itu saling mencintai. Dan itu yang kurasakan ketika aku bersamamu, bahwa kita saling mencintai.

Cinta itu ajaib dan sulit ditebak. Mungkin dia sebuah oposisi dari kata perbedaan. Cinta bisa menyatukan sesuatu yang bahkan tak mungkin untuk disatukan. Ketahuilah sayangku, sejak dulu para penyair selalu menciptakan kisah cinta diantara dua orang yang tak mungkin bisa saling mencintai. Bayangkan kisah Romeo & Juliet yang seharusnya tak boleh saling mencintai, lihatlah Rose & Jack (Titanic) mereka berbeda dalam segala hal. Tapi itulah cinta apa yang tak mungkin bisa,pasti mungkin dibuatnya, karena dia adalah anugerah Tuhan. Seperti sepenggal dialog dalam sebuah film," kenapa Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda jika ingin disembah dengan satu cara??" lalu dijawab," makanya Tuhan menciptakan cinta, biar yang berbeda-beda bisa bersatu.." atau ingatkah dirimu sebait puisi yang berkata," kita mungkin berbeda dalam segala hal, tapi kita satu di dalam cinta.."

Cinta itu mengajarkan kita untuk bisa mengampuni. Setiap hubungan pasti ada naik turunnya. Hanya pedati yang telah melewati tanah berkerikillah yang telah teruji kekuatannya. Demikian juga cinta. Setiap masalah datang bukan karena kita kehendaki tapi mereka mencoba menguji kekuatan cinta kita. Seberapa kuat kita mempertahankan komitmen kita dalam cinta. Apakah kita akan melemah dan membiarkan cinta itu pergi atau kita berusaha menekan ego menahan amarah untuk terus bertahan dan memberi sebuah kata maaf?? hanya pecinta sejati yang mengerti bagaimana sebuah kata maaf mampu memutar balikkan segala keadaan dari amarah menjadi gairah.

sayangku cinta adalah jalan yang kita pilih. Aku yakin kita tidak hanya berdua dalam pedati cinta kita, tapi ada Tuhan yang mengiring jalan kita..

aku mencintaimu..

Selasa, 02 November 2010

"TUHAN..kasihanilah..kasihanilah..kasihanilah..Indonesiaku.."

Dikutip dari buku renungannya Peti Penghartaan Bagi Tuhan, oleh Pdt. Elson Lingga

Saya pernah mendengar doa yang terdiri dari lima kata, yang sangat besar kuasanya. Berawal dari kejadian antara tahun 1967-1988. waktu itu tengah diadakan sinode kerja GKPI, di Medan. Banyak orang menyangka bahwa dalam sinode ini akan terjadi perubahan besar, yang mungkin menimpulkan banyak persoalan. Anggota jemaat yang berduyun-duyun datang ke sana, senantiasa berharap agar persoalan-persoalan itu jangan timbul. Dan memang akhirnya persoalan-persoalan itu tidak timbul. Saya yakin keadaan damai suka cita tersebut tidak lain dari hasil doa Bapak Bishop Pdt. Dr. Andar Lumbantobing almarhum, yang sangat sejuk dan menggugah. Doa yang hanya terdiri dari lima kata yaitu:

“Tuhan
Kasihanilah,
Kasihanilah,
Kasihanilah,
Gereja-Mu.”

Doa tersebut begitu sejuk dan menggugah, hingga keseluruhan peserta terharu. Bukan itu saja, semangat doa tersebut menginspirasi seluruh menggumuli tahapan-tahapan persidangan hingga berakhir dengan sukacita.
Doa memang merupakan sarana yang kita butuhkan untuk mengubah situasi. Situasi-situasi yang kita hadapi hendaknya kita sikapi melalui permohonan di dalam doa kepada Tuhan seperlunya. Ada orang yang tidak berani berdoa karena taidak dapat berdoa dengan panjang. Tuhan juga pernah mengkritik agar jangan berdoa seperti orang munafik, yang berdoa di pinggir jalan dan doanya panjang dan bertele-tele. “Jadi janganlah kamu seperti mereka karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan sebelum kamu meminta kepada-Nya” (Mat 6:8)

....................................................................................

Dan melihat kondisi bangsa Indonesia saat ini, mungkin sudah saatnyalah kita bersama-sama bersatu dalam doa untuk memohon belas kasih Tuhan kita..

"TUHAN..kasihanilah..kasihanilah..kasihanilah..Indonesiaku.."