Selasa, 26 Januari 2010

^^ (4)

lanjutan ^^ (3)


Aku seorang yang mempunyai segudang mimpi dalam kehidupanku. Orang yang bertahan dalam kehidupan untuk menggapai mimpi-mimpi itu. Berjuang dengan sepenuh hati untuk dapat mewujudkan semua mimpiku. Mimpi-mimpi yang membuatku semakin kuat menghadapi segala tantangan dalam kehidupan ini. Tapi aku bukan pelamun malas yang menghabiskan waktu hanya untuk bermimpi tanpa berusaha. Karena aku berjuang untuk mimpi-mimpiku.

Aku terlelap malam ini dalam kepenatanku. Pikirku melayang dalam alunan mimpi kehidupan. Mimpi yang selama ini seakan telah pudar dalam inginku. Bermimpi menjalani hari demi hari dengan seorang putri yang telah memikat hatiku. Bermain dengannya dalam canda dan tawa. Melakukan hal-hal aneh untuk mendapatkan perhatiannya. Dan aku selalu berharap ia tersenyum padaku.

Ia bidadari yang hadir dalam mimpiku. Kami seperti berada dalam dunia dongeng milik kami berdua. Tanpa ada judul. Tanpa ada pembaca. Hanya ada kami berdua. Dan mimpi terasa begitu panjang, ketika aku berusaha meyakinkannya bahwa dirinyalah mimpi yang kuinginkan itu. Mimpi yang telah membuatku berjuang untuk mendapatkannya. Dan ketika aku mendapatkannya aku akan selalu berusaha untuk tidak akan melepasnya, karena aku tak ingin kehilangan kesempatan untuk mewujudkan mimpi-mimpi indah lain bersama dirinya.

Waktu terus berlalu. Detik berlari seperti biasanya. Menit berjalan dengan kecepatannya sendiri. Jam, tanpa kusadari telah merebut malamku. Dan aku tetap larut dalam dongeng di mimpiku. Aku seakan manusia yang amnesia dengan waktu, ketika aku berpetualang dalam dunia dongeng bersama dirinya. Kami sering kali acuh dengan sang waktu yang bertugas mengatur hari. Dan karena itu kami tak pernah menyadari kapan sang waktu mempertemukan kami untuk memulai semua dongeng ini. Aku merasa bersalah pada sang waktu, karena aku tak pernah menunjuknya untuk memulai dongeng ini, tapi sang waktu tak pernah marah padaku, sebab ia selalu memberi kesempatan untukku menjalani dongengku tanpa memperdulikannya.

Aku terbangun dari mimpiku. Mataku masih terasa berat untuk memulai kehidupan lain. Badanku terasa tak berdaya untuk bangkit dari tidurku. Lalu aku menggeliat seolah mengumpulkan nyawa yang melayang semalam. Ku paksa diri untuk membuka jendela kamarku. Dan seketika tubuhku tersibak oleh hangatnya cahaya mentari. Telingaku terasa damai mendengar alunan harmoni indah tanpa partitur dari segerombolan burung-burung kecil. Mataku menjadi segar melihat dedaunan hijau yang baru saja bermandikan embun. Ku hirup udara saat itu, kurasakan mereka merasuki setiap seluk dalam saluran nafasku, hingga mencapai kedua paruku, dan kesejukkan yang kurasakan. Kesejukan yang telah memacu setiap jalinan sarafku untuk bersemangat. Aku tersenyum saat itu. Sebab kadang kala untuk mengetahui hari telah pagi, kita tak perlu melihat jam. Kita cukup merasakan hangatnya mentari dan sejuknya udara pagi. Dan biarkan mengalir apa adanya seperti dongengku yang kuyakini adalah nyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar