Rabu, 04 Mei 2011

SINDROM NEFROTIK

Proteinuria dan sindrom nefrotik
Jumlah normal protein dalam urin adalah <150 mg/hari. Sebagian besar dari protein ini merupakan hasil dari glikoprotein kental yang disekresikan secara fisiologis oleh sel tubulus, yang dinamakan “protein Tamm-Horsfall”. Protein dalam jumlah yang lebih banyak mengindikasikan adanya penyakit ginjal yang signifikan, sering berupa glomerulonefritis.
Pada pasien dengan proteinuria, harus dilakukan anamnesis serta pemeriksaan fisis yang teliti untuk mencari penyebab penyakit ginjal. Hipertensi, tanda-tanda gagal ginjal, dan edema mungkin ditemukan pada pemeriksaan fisis. Fungsi ginjal harus diperiksa dengan mengukur kratinin serum dan elektrolit, dan pengumpulan urin 24 jam dilakukan untuk mengetahui bersihan kreatinin dan ekskresi protein 24 jam. Apabila hasil dari pemeriksaan tersebut memastikan adanya proteinuria yang signifikan atau disfungsi ginjal, maka pemeriksaan lebih lanjut perlu dilakukan seperti USG saluran ginjal , glukosa darah, dan pemeriksaan imunologis.
Apabila terdapat proteinuria yang signifikan (>2 g/hari) biopsi ginjal perlu dilakukan untuk menentukan penyebab proteinuria. Jumlah proteinuria >4, 5 g dalam 24 jam dapat menimbulkan sindrom nefrotik yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
 Proteinuria (biasanya 3-4+ pada tes dipstik; ekskresi protein dalam 24 jam sering >4 g)
 Hipoalbuminemia (biasanya albumin <30g/dl)
 Edema perifer
 Tidak seperti sindrom nefritik, hematuria jarang ditemukan dan tekanan darah biasanya normal atau sedikit meningkat.
Sindrom nefrotik biasanya merupakan akibat dari :
 Penyakit glomerulus, umumnya glomerulonefritis
 Diabetes
 Amiloid ginjal
 Obat-obatan (terutama yang digunakan dalam reumatologi seperti obat antiinflamasi nonsteroid, penisilanin, dan preparat emas) terkadang merupakan penyebabnya.
Jenis glomerulonefritis yang paling sering ditemukan pada biopsi ginjal sebagai penyebab sindrom nefrotik adalah penyakit lesi minimal (yang merupakan penyebab sindrom nefrotik yang paling sering pada masa kanak-kanak), nefropati membranosa dan glomerulosklerosis fokal segmental (focal segmental glomerulosclerosis).
Komplikasi sindrom nefrotik sebagian merupakan akibat dari keadaan rendah albumin dan sebagian lagi merupakan akibat perubahan patofisiologis yang kompleks pada keadaan nefrotik. Komplikasinya adalah :
 Edema, ditemukan pada lokasi-lokasi tertentu (misalnya pada tungkai bawah pada pasien yang banyak bergerak dan di daerah sakral pada pasien tirah baring), tapi bisa juga terdapat di muka (misalnya edema periorbital), dan tangan.
 Hiperkoagulabilitas, hal ini dapat mengakibatkan trombosis vena ginjal dan memperburuk fungsi ginjal secara dramatis, atau dapat mengakibatkan trombosis vena dalam. Tidak ada bukti yang menunjukkan adanya indikasi antikoagulan profilaksis rutin pada sindrom nefrotik.
 Hiperkolesterolemia, keadaan ini kemungkinan berperan besar dalam terbentuknya ateroma pada sindrom nefrotik yang berlangsung lama.
 Infeksi, sindrom nefrotik berhubungan dengan hipogamaglobulinemia dan gangguan sistem imun. Infeksi ini dapat terjadi dan menjadi berat, terutama disebabkan pneumokokus. Imunisasi terhadap pneumokokus perlu diberikan.

Terapi sindrom nefrotik
Diagnosis penyebab utama perlu ditegakkan dan ditangani dengan terapi spesifik. Penatalaksanaan umum mencakup pemberian diuretik untuk mengurangi edema (walaupun pemakaiannya harus disesuaikan terhadap kemungkinan hipovolemi akibat diuretik, yang dengan sendirinya dapat memperparah fungsi ginjal) pemberian inhibitor ACE untuk mengurangi proteinuria, dan penanganan hipertensi secara agresif untuk memperlambat proses kerusakan ginjal, terutama pasien dengan diabetes. Apabila ada kejadian trombosis, obat antikoagulan dapat digunakan, sedangkan hiperlipidemia umumnya membutuhkan terapi. Terdapat terapi spesifik untuk masing-masing tipe glomerulonefritis, misalnya penyakit lesi minimal biasanya memberikan respons yang baik terhadap kortikosteroid. Sayangnya, beberapa penyakit sangat resisten terhadap terapi, seperti sindrom nefrotik yang berkaitan dengan amiloid ginjal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar