Kau pernah merasakan cinta dan juga kegagalannya, aku pun pernah merasakan hal yang sama.
Sekarang getaran cinta yang kurasakan bersamamu beda. Rasa ini sangat mendalam, mungkin terlalu hiperbola jika kukatakan tak cukup tinta sesamudra untuk menuliskan betapa aku menyayangimu. Tapi memang begitu adanya.
Saat pertama kali bertemu denganmu, hadirmu telah melecutkan potensial aksi dalam serabut saraf opticumku untuk diteruskan ke system saraf pusatku sehingga memacu saraf simpatis dan mengganggu homeostasis dalam jiwaku. Jauh di dalam fisik yang terlihat selalu bahagia, aku menyimpan sejuta tanda tanya tentangmu. Adakah kau merasakannya saat pertama kali kita bertatapan??betapa hidupku berdeviasi dari keseimbanganku, betapa aku hilang dari titik seimbang dalam hidupku. Tetapi rasa itu bukanlah sebuah toksin yang menginfiltrasi setiap jaras dalam pikiranku, ini lebih dari sebuah stimulant yang hadir dalam kehidupanku untuk bisa kembali merasakan apa yang dulu terasa beku dalam hatiku, merasakan cinta.
Mengejarmu bukanlah semudah membalikkan telapak tangan. Dirimu yang masih kaku dalam perasaan akibat luka yang datang begitu membekas, membuatku begitu pasrah pada rasa ini. Jika rasa ini memang begitu tulus maka kesabaranku dan segala keanehanku adalah buah dari ketulusan untuk bisa mengajarimu kembali bagaimana caranya tersenyum lagi. Tak pernah terasa lelah hati ini untuk terus menyayangimu dan berdiam dalam sabar demi membuktikan kepadamu bahwa aku beda dengan lainnya.
Mendapatkan cintamu tak pernah terbayangkan olehku, seperti mimpi saat pertama kali manusia ingin menginjakkan kaki ke bulan. Mungkin pun tak ada yang menyangka dirimu mau mengindahkanku sehingga kisah ini terjalin. bahkan akupun tak menyangka, dibalik semua tampang kepercayaan diri itu, jauh dalam lubuk hatiku terkadang terhentak oleh rasa tak percaya bahwa kau telah menjadi milikku. Apakah ini bukan sebuah mimpi?? Atau sebuah fatamorgana yang hanya sesaat??. Akan tetapi ketakutan itu kembali terbias oleh nyatanya hadir cintamu dalam hidupku dan aku sungguh sangat menyayangimu. Aku tak pernah ragu pada dirimu, bahkan aku terlalu yakin padamu, walau rasa takut dan cemburu ini sering berseling hadir menghantui dalam bayangku. Tapi, rasa saling yang kita cipta bersama selalu berhasil meluruhkan semuanya. Mungkin karena begitu besar harapku padamu sehingga aku sangat takut kehilanganmu.
Sekarang keseimbangan yang nyata dalam hidupku telah tercipta. Demikian juga dalam hidupmu. Neraca cinta itu telah terisi oleh kita, kita harus menjaga keseimbangannya. Ini bukan masalah mencintai atau dicintai, tapi keseimbangan itu tercipta oleh rasa saling mencintai. Aku mencintaimu bukan karena kau mencintaiku, bukan sayang. Lebih dari itu, aku mencintaimu tanpa alasan, karena saling mencintai adalah saling memberi bukan hukum dari sebuah balas budi memberi jika diberi.
Sayangku, dalam setiap novel cinta ataupun film yang bertema cinta, tidak hanya diperankan oleh seorang pemeran utama. Seorang pemeran utama pria harus ditemani seorang pemeran utama wanita. Barulah lengkap kisah itu. Kalaupun ada peran-peran antagonis, itu hanya peran pembantu yang bertugas merusak keharmonisan dua pemeran utama. Jangan biarkan keharmonisan ini terusik oleh mereka yang tidak suka melihat kebahagiaan kita sayangku. Jika Tuhan telah memilih kita memerankannya, perkara apapun yang hadir di antara kita, yakinlah skenario dari Tuhan akan berakhir dengan indah.
kreen broo,,,
BalasHapustengkyu brader..
BalasHapus